Para ilmuwan telah menemukan zat antibodi HIV yang kuat, protein
penguat sistem kekebalan tubuh yang secara khusus menyerang virus itu,
sehingga dapat mencegah bahkan menghancurkan virus
penyebab AIDS.
Zat antibodi yang kuat dan mampu menetralisir ini diproduksi oleh sekelompok
kecil pengidap HIV positif yang berhasil bertahan hidup selama beberapa
dasawarsa tanpa minum obat-obatan antiretroviral.
Para ilmuwan telah mengumpulkan antibodi super yang bisa
mengidentifikasi dan melumpuhkan berbagai jenis HIV. Mereka kemudian
memproduksinya secara massal agar bisa diberikan kepada para pasien HIV
lain.
Dengan menggunakan teknologi terbaru untuk mengambil dan
melipatgandakan antibodi yang paling kuat, para ilmuwan menguji coba
protein yang menetralisir tersebut pada 13 orang. Seluruh peserta tersebut telah
mengonsumsi obat-obatan antiretroviral sejak lama.
Zat antiretroviral memang bisa menekan HIV, tetapi tidak membunuh sel-sel tertentu yang menyimpan virus HIV. Ini artinya virus itu
bisa bangkit kembali apabila obat-obatan dihentikan.
Tertulis dalam Jurnal Nature, para Ilmuwan mengatakan orang-orang yang
tidak diberikan antibodi baru bernama 3BNC117 itu, virusnya bangkit
kembali dalam 2,5 minggu. Mereka yang mendapatkan antibodi itu, virusnya
bangkit lebih lama yaitu hampir 10 minggu dalam beberapa kasus.
Penulis studi Michel Nussenzweig dari Universitas Rockefeller di New
York mengatakan suatu hari nanti 3BNC117 mungkin mampu memberantas virus
penyebab AIDS.
“Orang-orang sejak dulu beranggapan bahwa salah satu strategi
penyembuhan adalah dengan melakukan sesuatu bernama “kick and kill.”
Yaitu mengaktifkan virus yang tersimpan dalam suatu sel, dan menggunakan
agen seperti antibodi, yang bisa mengidentifikasi sel-sel yang aktif
yang mulai memproduksi virus dan kemudian membunuhnya,” ujarnya.
Nussenzweig dan para koleganya ingin bereksperimen menggunakan obat
kanker yang bisa mengungkap virus yang bersembunyi dalam sel-sel
penyimpanan, dan kemudian membunuhnya dengan 3BNC117.
Salah satu kelebihan dari antibodi itu adalah tidak ada efek samping, menurut Nussenzweig.
“Antibodi itu berasal dari tubuh manusia dan tidak dimodifikasi sama
sekali. Jadi itu merupakan produk yang sangat alami dan tanpa efek
samping. Bahkan sekelompok kecil pasien yang menerimanya sejauh ini
tidak melaporkan masalah yang siginifikan,” tambahnya.
Nussenzweig mengatakan uji coba klinis berskala besar sedang
berlangsung di Afrika dengan menggunakan antibodi penetralisir berbeda
namun mirip. Uji coba itu bertujuan untuk mempelajari apakah pemberian
protein itu bisa melindungi perempuan yang berisiko terinfeksi.
No comments:
Post a Comment