Search This Blog

Friday, August 26, 2016

Beban Mental Bagi Pria Saat Menjadi Pencari Nafkah Utama


 Secara tradisional, pria merupakan tulang punggung utama dalam keluarga. Namun studi terbaru justru mengatakan mental dan fisik pria tak selamanya siap untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut.

Riset yang dilakukan University of Connecticut mengungkapkan, kesejahteraan mental dan fisik pria menurun ketika mereka menanggung beban finansial dalam keluarga.

Kesimpulan ini diperoleh setelah peneliti mengamati kondisi fisik dan mental lebih dari 3.000 pasangan menikah berumur 18-32 tahun dalam kurun tahun 1997-2011.

Hasilnya, pria yang istrinya ikut berkontribusi dalam menanggung beban finansial keluarga memiliki skor 'kesejahteraan psikis' berkisar 3,33 dari skala 1-4. Sedangkan pria yang menjadi tulang punggung keluarga hanya mendapatkan skor sebesar 3,17.

Untuk para istri, skor 'kesejahteraan psikis' terendahnya dikaitkan dengan kondisi di mana mereka sangat bergantung kepada suaminya, yaitu 3,08. Namun pada wanita yang tidak bergantung kepada sang suami, setidaknya dalam urusan ekonomi, skor yang dimilikinya menjadi lebih baik, yaitu 3,17.

Ketua tim peneliti, Prof Christin Munsch menjelaskan, temuan ini memberikan gambaran bahwa ekspektasi masyarakat terhadap gender tertentu dalam rumah tangga ternyata tak hanya membebani wanita, tetapi juga membahayakan kesehatan para suami.

"Biasanya wanita yang banyak dirugikan. Semisal sering jadi korban kekerasan tetapi tanggung jawab rumah tangga mereka yang paling besar. Tetapi pria ternyata juga merasakannya," katanya.






Meski begitu, hal ini tidak berlaku jika yang menjadi pencari nafkah utama adalah wanita atau para istri. "Ketika seorang pria memiliki pendapatan lebih banyak dari pasangannya, mereka merasa wajib menafkahi dan harus mempertahankan status itu, tetapi bagi wanita ini adalah sebuah kesempatan (untuk berperan dalam keluarga, red)," jelas Munsch seperti dilaporkan CNN.

Itulah sebabnya ketika tugas ini diambil alih oleh wanita, mereka merasa sangat bangga, apalagi masyarakat biasanya tak ambil pusing dengan fakta apakah mereka bisa mempertahankan status tersebut atau tidak. Namun pada wanita, peranan ini hanya akan meningkatkan kesehatan mentalnya saja, tidak pada kesehatan fisiknya.

Munsch menambahkan, pada generasi millenial, peranan sebagai pencari nafkah tak lagi dipegang oleh suami semata. Sebab pasangan modern rata-rata membagi beban tersebut. Bisa sama-sama bekerja atau tak melulu suami yang jadi pencari nafkah, tetapi bisa menjadi berkebalikan, di mana suami menjadi kepala rumah tangga dan istri bekerja.


"Karena istrinya ikut menanggung beban ekonomi keluarga, secara otomatis kondisi psikis suami juga membaik. Begitu pula dengan istri, karena mereka bisa berkontribusi nyata," tutupnya.

Meski demikian, Munsch mengatakan hasil studinya hanya menunjukkan tren di masyarakat, tetapi polanya tidak dapat dipukul rata. Pilihan dikembalikan kepada masing-masing pasangan yang menjalani kehidupan berumah tangga.
Bagi kita masyarakat timur masih menganggap bahwa pencari nafkah utama adalah para pria, akan tetapi melihat keadaan ekonomi yang semakin tidak menentu banyak wanita yang turun ke dunia kerja untuk mencari nafkah dengan tujuan membantu keuangan keluarganya. Hal tersebut sebenarnya hal yang alamiah akan tetapi para pria tidak boleh memaksa agar istrinya menjadi pencari nafkah yang utama. Akan lebih baik jika bisa saling bekerja sama dan membagi beban agar beban keluarga dapat dirasakan lebih ringan dan mengurangi perselisihan dalam keluarga.
Penulis juga seorang pria dan penulis juga berusaha menyiapkan diri dan mental untuk menjadi pencari nafkah yang utama untuk keluarga kami. Penulis berharap apa yang penulis hasilkan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga istri tidak harus bekerja dan membantu keuangan keluarga.

No comments:

Post a Comment

Kenapa Setiap Menstruasi Selalu Sakit Nyeri?

Natesh pembalut Herbal Pembalut yang dipakai banyak perempuan di Indonesia sekaligus para artis serta selegram terkenal. Info lebih lanjut h...